JEMBER, Exposeupdate.com – Senin, (27/02/2023). Ratusan massa menggelar aksi protes terhadap Bupati Jember Ir. H. Hendy Siswanto, S.T., IPU yang dianggap ingkar janji dan gagal dalam memimpin Kabupaten Jember.
Demo yang digelar di depan Pendopo Wahya Wibawa Graha Kabupaten Jember itu dijaga ketat oleh Polisi Pamong Praja dan aparat dari Kepolisian Resor Jember. Aksi di depan rumah dinas Bupati, jalan Wijaya Kusuma 11, Pagah, Jember Lor, Kecamatan Patrang itu juga dihadiri oleh Kiai karismatik K.H. Saiful Rijal atau yang akrab disapa Gus Saif, pengasuh pondok pesantren Ashri, Talangsari.
Pendemo dengan beberapa orator itu memaparkan berbagai kegagalan Bupati Jember dalam menjalankan roda Pemerintahan selama 2 tahun berjalan. Bupati pilihan rakyat yang dilantik pada 26 Februari 2021 itu seharusnya menjadi pelayan publik justru menjelma menjadi pelayan keluarganya sendiri. Hal itu disampaikan oleh koordinator aksi 2-7-2 Kustiono Musri.
Kemudian lanjut Kustiono, program pembangunan yang menelan biaya rutusan milyar pengerjaannya di monopoli oleh keluarga dekat Bupati, seperti pembangunan jalan dengan skema multy years, dan pembangunan rehab pendopo dan kantor PKK yang sengaja paketnya dipecah-pecah agar bisa dibagikan dengan mudah kepada kroni Bupati melalui sistim penunjukan langsung (PL).
Bupati Hendy juga dinilai gagal dalam mengentas kemiskinan. Terlihat hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) oleh Kementerian Kesehatan tahun 2022, Kabupaten Jember berada di urutan tertinggi dalam prevalensi balita stunting di wilayah Jawa Timur.
“Harusnya masalah kesehatan dan pengentasan kemiskinan menjadi prioritas utama seperti yang dijanjikan saat kampanye Pemilukada 2 tahun silam,” ujar koordinator aksi 272
Kustiono Musri.
Selain itu, kasak kusuk yang didengar oleh Kustiono berupa dugaan korupsi dengan mengembangbiakan praktek kolusi dan nepotisme. Indikasi itu dapat dilihat dari peran sejumlah keluarga dekat Bupati Hendy dalam menikmati fasilitas kemudahan dalam Pemerintahannya. Semisal keponakan Bupati yang diperankan sebagai ajudan, walau dia bukan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan tanpa kompetensi. Tak heran jika isu praktek jual beli jabatan menjadi marak.
Sejumlah paket proyek bernilai ratusan milyar kata Kustiono sengaja dikondisikan untuk dikerjakan kroni Bupati dengan hadirnya keluarga dekat yang turut campur mengatur pembagian proyek.
Massa dari Bolo Saif itu menyampaikan orasinya secara bergantian. Rully Efendi dalam orasinya menyebut Hendy Siswanto rakus.
“Masalah remeh temeh berupa bisnis air minum dalam kemasan juga di monopoli untuk dipasarkan di kalangan birokrasi. Padahal sudah ada produk air minum Hazora yang dikelola oleh BUMD. Mengapa harus dimasuki oleh produk lain yang diproduksi oleh keluarga Bupati, ini adalah rakus,” paparnya.
Di tempat yang sama, Dwi Agus dalam orasinya menyampaikan tentang nasib buruh yang selama ini belum bisa menerima upah secara layak. Ia juga mengantongi data dimana perusahaan keluarga Bupati Hendy memperlakukan buruh yang sudah bekerja selama 8 tahun dan masih digaji 2 juta rupiah setiap bulan.
Perlakuan ini dinilainya tidak humanis dan melanggar ketentuan upah Kabupaten Jember yang telah ditetapkan sebesar Rp.2.555.662,91. Mendapati realitas yang menyakitkan kaum buruh itu, pihak Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jember tidak berkutik dan cenderung mengabaikan kaum buruh menjadi terpuruk.
“Justru pelanggaran itu terjadi di lingkungan kerja milik keluarga Bupati. Jadi, instansi berwenang di lingkungan Pemkab menjadi tidak berani melakukan penindakan,” pungkas Dwi Agus.
Dalam rilis yang dirangkum oleh koordinator aksi, Kustiono Musri juga menyebutkan Bupati Hendy Siswanto adalah tidak taat pada keputusan hukum dengan tidak segera membayarkan tanggungan hutang kepada kontraktor proyek pengadaan Wastafel atau bak cuci tangan sesuai dengan keputusan Pengadilan Negeri ( PN) Jember. (Sul)