Sekjen PBB Jadi Narasumber dalam Peluncuran Buku ‘Prabowo Subianto Sang Pemersatu Bangsa’

Senin, 11 September 2023
foto: Sekjen PBB Afriansyah Noor jadi narasumber launcing Buku “Prabowo Subianto Sang Pemersatu Bangsa”

JAKARTA, Exposeupdate.com Senin, (11/09/2023). Kelompok relawan pendukung bakal calon Presiden Prabowo Subianto meluncurkan buku biografi “Prabowo Subianto Sang Pemersatu Bangsa” yang mengungkap sisi lain mantan Komandan Jenderal Kopassus TNI Angkatan Darat itu.

Launching Buku “Prabowo Subianto Sang Pemersatu Bangsa” diselenggarakan di Rumah Besar Relawan Prabowo Presiden 2024-2029, Jl. Letjen S. Parman Kav 7-9 Kemanggisan, Jakarta Barat, pada hari Senin, (11/09/2023). Terlihat Sekjen Partai Bulan Bintang (PBB) Afriansyah Noor menjadi narasumber dalam acara launching buku tersebut. Sekjen PBB Afriansyah Noor menyambut baik terbitnya buku biografi itu.

Sang penulis buku, Sugiat Santoso, menjelaskan buku itu ditulis karena dia ingin memperlihatkan sisi lain dari Prabowo Subianto, karena menurut dia selama ini sosok Prabowo lebih banyak dihubungkan dengan Tragedi Kerusuhan 1998.

“Inilah sosok Pak Prabowo, yang sering disalahartikan, dan (dilekatkan) pada episode (kerusuhan tahun) 1998,” kata Sugiat, yang juga Dewan Penasihat Kolaborasi Relawan Patriot Indonesia (Kopi).

Dalam buku setebal 212 halaman yang terbagi dalam lima bab itu, Sugiat menceritakan rangkaian hidup Prabowo sejak lahir, keluarga, masa-masa dia menjadi prajurit, sampai akhirnya masuk ke dunia politik.

Dalam buku biografi itu, penulis mengungkap kehidupan Prabowo yang dianggap dekat dengan para pejuang.

Nama belakang Prabowo, yakni “Subianto”, merujuk pada nama pamannya, Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikusumo, yang gugur saat berjuang mempertahankan kemerdekaan RI dalam Pertempuran Lengkong pada tanggal 25 Januari 1946.

“Dalam Pertempuran Lengkong, dua paman Prabowo terlibat pertempuran, yaitu Letnan Satu Soebianto Djojohadikusumo dan Kadet Soejono Djojohadikusumo,” tulis Sugiat dalam bukunya.

Kemudian, ayah Prabowo, Soemitro Djojohadikusumo, saat itu berharap Prabowo dapat memiliki jiwa pejuang seperti pamannya.

Oleh karena itu, Prabowo pun lebih memilih masuk Akademi Militer Nusantara dan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI), meskipun dia saat itu telah diterima di dua kampus ternama di Amerika Serikat, yakni University of Colorado dan George Washington University.

Dalam buku itu pula, penulis juga menyoroti kedekatan Prabowo dengan aktivis 1966, Soe Hok Gie. Meskipun Prabowo berusia lebih muda sembilang tahun daripada Gie, keduanya menjalin persahabatan dan menjadi mitra untuk saling bertukar pikiran.

“Ini bukan karena Prabowo adalah anak Soemitro. Ini karena Prabowo sosok yang dianggap Gie sebagai intelektual muda yang memiliki gagasan dan inovasi yang bisa memajukan Indonesia di masa depan,” ujar Sugiat Santoso dalam buku biografi itu. (E01)

Baca Juga

Berita Terkait

ExposUpdate