PALU, Exposeupdate.com – Sabtu, (25/01/2025). Penolakan Ummat Islam pada Peter Youngren bukanlah penolakan pada agama tertentu, bukan pula penghalangan pada agenda ibadah teman-teman non muslim. Penolakan pada Peter Youngren adalah penolakan pada kegiatan-kegiatan intoleran yang selama ini dilakukan oleh pria asal Kanada itu.
Petikan kalimat pertama diatas, dalam selebaran seruan aksi massa yang diinisiasi dari Forum Ummat Islam (FUI) Provinsi Sulawesi Tengah, digelar di depan Kantor DPRD Sulteng dan Kantor Gubernur Sulawesi Tengah, Jum’at (24/01/2025) siang.
Peter Youngren datang ke Kota Palu, dari panitia penyelenggara akan menggelar Festival Persahabatan selama empat hari lamanya, terhitung sejak dari tanggal 30 Januari-2 Februari 2025 mendatang, di gedung Gelora Bumi Kaktus (GBK) yang sebelumnya ditolak di Lapangan Vatulemo Palu.
Mewakili FUI Sulteng, Hartono M Yasin, dalam seruan aksinya mengatakan, bahwa tuntutan dari seruan aksi ini jelas yakni membatalkan acara Peter Youngren di Kota Palu.
“Jadi, ini kami akan tuntut terhadap kepastiannya. Artinya mungkin saat ini belum ada sikap yang menjadi kata putus tetapi kami dari FUI, akan menuntut sampai betul-betul kegiatan Peter Youngren ini dibatalkan di Kota Palu,” kata Hartono kepada FileSulawesi.com, Jum’at (24/01/2025) siang.
“Kami bukan menggangu, jangan sampai opini yang di kembangkan bahwa umat Islam di Kota Palu khususnya mengganggu kegiatan, bukan sama sekali. Kami hanya ingin menjaga dan menghalangi orang-orang yang mengganggu kerukunan yang selama ini sudah terawat. Jangan di bolak-balik, ini opini kalau untuk umat Islam kadang-kadang di bolak-balik. Jadi, sekali lagi, kami ini tidak mengganggu tapi menghalangi, mencegah orang yang coba datang merusak kerukunan disini,” katanya menambahkan.
Kemudian, ia jelaskan kepada Anggota DPRD Sulteng yang hadir, Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemrov Sulteng, Fahrudin Yambas, mewakili Gubernur Sulteng, bahwa sejak awal panitia penyelenggara Festival Persahabatan menghadirkan Peter Youngren sudah tidak beradab. Tidak mengerti dimana dia mau masuk.
“Disini, di Sulawesi Tengah ini adalah tanah para Habaib. Area dakwahnya Guru Tua yang sangat dihormati oleh masyarakat Sulawesi Tengah. Disini ada MUI, ada FKUB, kenapa tidak berkonsultasi, mengundang tokoh agama terlebih dahulu baru kemudian melangkah, tetapi ini tiba-tiba beredar baliho dan itulah yang mencederai,” ungkapnya.
“Jadi, kalau kita mau lihat rentetannya, runutnya, pertama dia sudah datang tidak pamit dan lain sebagainya, hanya langsung ke Pemerintah Kota Palu lalu Gubernur Sulteng. Tetapi tidak melibatkan dan mempertimbangkan tokoh Agama yang ada di Sulawesi Tengah ini. Padahal ini bersinggungan dengan agama, bersinggungan dengan masalah Akidah, dan ini sangat sensitif,” katanya kembali.
“Jadi mohon diperjuangkan betul, mewakili teman-teman di DPRD Sulteng, perjuangkan aspirasi ini. Bahwa kami akan terus tuntut sampai betul-betul ini dibatalkan. Kenapa, sekali lagi prinsipnya kami tidak mengganggu, tetapi menghalangi dan tidak membiarkan orang yang merusak kerukunan kita, yang sudah kita perjuangkan telah sekian lama,” tekan Hartono M Yasin. (BungPut)