Penjaga Keselarasan, Pembatas Keadilan dan Pembongkar Kezaliman

MUSEUM PAHLAWAN NASIONAL JAMIN GINTING : Menyimpan Kisah Sosok Pancasilais Sejati

Selasa, 1 Juni 2021

foto by Dyah Ayu Safitri

KARO-SUMATERA UTARA,Exposeupdate.com – Selasa, (1/6/2021). Momen peringatan Hari Lahirnya Pancasila setiap tanggal 1 Juni berdimensi pada refleksi butir – butir Pancasila sebagai dasar negara sebagaimana dikemukakan oleh The Founding Fathers bangsa Indonesia Soekarno, pada sidang BPUPKI 1 Juni 1945. Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara pun tentu perlu dipahami oleh aparat pemerintah termasuk TNI, guna menyiapkan wilayah pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Salah satu pahlawan nasional Indonesia selain Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan para tokoh perumus Pancasila lain yang juga memiliki rasa Pancasilais sejati ialah ” Letnan Jendral Jamin Ginting”.

foto by Dyah : Tugu Peresmian Menteri Pertahanan Republik Indonesia

Lobi Museum Pahlawan Nasional Jamin Ginting (sumber: @medanwisata)

Terletak di Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, rekam jejak kisah Letnan Jendral Jamin Ginting sebagai pahlawan nasional utamanya pada masa penjajahan Jepang (1942 – 1945) dan Agresi Militer Belanda I & II ( 1947 – 1949 ) tertentang sebagai kontemplasi insan yang menjunjung tinggi nilai – nilai Pancasila.

Mozaik kisah hidup sosok pancasilais ” Jamin Ginting ” pada bagian dalam museum

 (sumber: perempuannovember.com)

Museum Mahaputra Utama Letnan Jamin Ginting mengapalkan kisah perjalanan sosok seorang Pancasilais yang terangkum dalam pengejawantahan nilai – nilai Pancasila seperti pada:

Sila Pertama : Letnan Jendral Jamin Ginting yang berdarah Batak, Aktif mengikuti kegiatan Ibadah Natal sesuai ajaran agama yang dianut yaitu Kristen. Kendatipun tengah menjadi pionir pejuang wilayah Sumatera Utara, beliau tak sungkan memuliakan anggota yang berbeda keyakinan.

Sila Kedua : Pada tanggal 22 Desember 1956, terekam kisah Letnan Jendral Jamin Ginting yang tercengang menemui fakta, temannya yang juga sekaligus atasannya ( Kolonel Maludin Simbolon ) membelok terhadap pemerintahan pusat. Atas dasar kemanusiaan, Jamin Ginting memerintahkan untuk menangkap Maludin Simbolon tanpa pertumpahan darah untuk menghindari perang saudara.

Sila Ketiga : Pada tanggal 26 Desember 1956, Letnan Jendral Jamin Ginting menyusun strategi kerjasama dalam pengambilalihan Komando TTI. Berkat kerjasama yang baik, beliau berhasil mencegah bersatunya ( Dewan Gajah, Dewan Banteng, dan Dewan Garuda) yang ada di Sumatera, karena apabila tidak dapat merusak kedaulatan Republik Indonesia.

Sila Keempat : Letnan Jendral Jamin Ginting kerap menghargai perbedaan pendapat anggotanya dalam perang – perang besar yang dilibatinya. Sebagaimana dalam pertempuran Medan Area.

Sila Kelima : Letnan Jendral Jamin Ginting merupakan sosok yang adil terhadap bangsa dan negaranya. Terbukti dalam mozaik yang terpampang di Museum Pahlawan Nasional Jamin Ginting mengekspos beliau yang adalah mantan Giyugun (satuan ketentaraan yang dibentuk jepang di Sumatera Barat ) yang kemudian memilih untuk membela Republik Indonesia.

Sekalipun Jamin Ginting kini telah tiada, berdirinya Museum Mahaputra Utama Letnan Jamin Ginting yang berbentuk kacang tanah, menandakan karakter beliau yang seperti “kulit kacang”, selalu melindungi isinya dari terpaan sinar matahari dan hujan. Seperti halnya kisah hidup beliau merepresentasikan sosok pancasilais sejati.

1 Juni 2021, bertepatan dengan hari lahirnya pancasila akhirnya penulis berharap mudah – mudahan diamanati sebagai lahirnya sosok – sosok baru, pancasilais sejati yang berkegiatan dalam sektor apapun memakai nilai – nilai luhur Pancasila, layaknya Letnan Jendral Jamin Ginting.

Jurnalis : Dyah Ayu Safitri

Baca Juga

Berita Terkait

error: Content is protected !!
ExposUpdate