foto : Pengasuh Ponpes Roudlotul Qur’an, Bu Ustadzah Mulazimatul Munawawaroh
JEMBER, Exposeupdate.com – Kamis, (15/7/2021). Menengok dari dekat perkembangan pondok pesantren Tahfidz (Penghafal Al-Qur’an ) di Jawa Timur yang kian pesat. Cikal bakal berdirinya pesantren Tahfidz ini berawal dari ide dan gagasan para relawan muslim Indonesia khususnya yang menempuh pendidikan di lembaga Sulaimaniyah yang berpusat di Turki yang diamini oleh pemerintah Indonesia melalui Kementrian Agama pada tahun 2005. Salah satu penggagasnya Mulazimatul Munawaroh pengasuh Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an alamat Desa Balung Kulon Kecamatan Balung Kabupaten Jember- Jatim, yang eksis hingga saat ini.
“Alhamdulillah anak kami yang pertama menjadi santri pertama yang dikirim dari Jawa Timur ke pesantren Sulaimaniyah di Turki dan saat ini sudah lulus dan menjadi tenaga pengajar dilembaga kami,” sergah Ibu Ustadzah Mulazimatul Munawawaroh bertutur kepada Expose Upadate, Kamis (14/7/21).
Putra dimaksud adalah Muhammad Masruhan Busthomi anak pertama yang saat ini mewakili ayahnya mengelola lembaga Tahfidz setelah ayahandanya, Kyai Yazid meninggal dunia beberapa tahun silam. Karenanya lembaga yang memiliki santri putra dan putri itu diasuh oleh Ibu Lazimah (panggilan akrab) janda dari mendiang bersama Busthomi putra pertamanya. Dari 3 bersaudara 1 diantaranya, Atika Suroyya Mazidah, saat ini menjadi staf pengajar diasrama putri Sulaimaniyah Turki dan Azka Nafikatul Mazidah masih dalam rangka studi ditempat tempat yang sama.
foto : Redaksi Expose Update
Berbeda dengan pondok pesantren tahfidz lainnya yang kebanyakan berstatus sebagai Ponpes Tahfidz Cabang Sulaimaniyah Turki. Ponpes Roudlotul Qur’an yang berdiri sejak tahun 1998 ini masih berdiri sendiri secara swadaya. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam membuka perizinan cabang pesantren Sulaimaniyah, diantaranya adalah ketersediaan aset lembaga yang harus di wakafkan.
“Selama ini kami belum bisa mengalihkan status lembaga menjadi cabang karena belum bisa memenuhi beberapa syarat. Akan tetapi dalam metoda pembelajarannya mengikuti metoda Sulaimaniyah. Dan selama ini kami sangat kooperatif dengan pimpinan Sulaimaniyah Turki, Abi Farhad,”tandas Ibu Lazimah melanjutkan perbincangan.
Pembelajaran tersebut mengunakan metode Utsmani yakni menghafal Al-Qur’an halaman belakang per- Juz. Menurutnya, dalam situasi pandemi Ia harus melakukan pembelajaran sesuai dengan protokol kesehatan (Prokes). Namun dalam situasi dan keterbatasan tempat, Ia tetap berupaya memberikan kenyamanan dalam belajar. Dan saat ini telah dilakukan pemisahan tempat belajar antara santri putra dan santri putri.
“Alhamdulillah beberapa saat lalu kami mendapatkan hibah tempat dari seorang donatur. Dan saat ini santri putra kami pindah ketempat baru di Jalan Mawar Balung. Dan yang terbaru masih dalam tahap pembagunan di wilayah Desa Pecoro- Rambipuji,” tukasnya.
Setelah dibuka pendaftaran santri baru dari mulai bulan Februari lalu, kini tercatat ratusan jumlah santri yang berminat menjadi penghafal Al -Qur’an 30 Juz tersebut.
Tidak banyak syarat untuk bisa masuk ke pesantren Roudlotul Qur’an. Salah satunya calon santri harus berakhlaq mulia, disiplin serta tidak merokok. Untuk batasan usia mulai se usia Sekolah Dasar/ sederajat hingga remaja dan se usia Sekolah Menengah Atas (SMA) / sederajat.
“Santri kami tidak hanya dari wilayah lokal tapi juga dari beberapa daerah Kalimantan, Jambi dan dari wilayah lainnya. Dan sudah banyak para alumni yang sudah hafal Al-Qur’an dengan baik sesuai ilmu tajwid,” Tandas Ibu Lazimah mengakhiri wawancara. (Sul)